Rabu, 15 Januari 2014

PSIKOLOGI PENDIDIKAN



KONSELING KELOMPOK 


Pelaksanaan konseling mengalami perkembangan, dari yang semula menekankan pada pendekatan individual berkembang dengan penekatan kelompok. Factor yang mendasar penyelenggaraan konseling kelompok adalah bahwa proses pembelajaran dalam bentuk pengubahan pengetahuan, sikap dan prilaku termasuk dalam hal pemecahan masalah dapat terjadi melalui proses kelompok. Dalam suatu kelompok anggitanya dapat memberi umpan balik yang dipelukan untuk membantu mengatasi masalah anggota lain, dan anggota yang satu dengan yang lain saling memberi dan menerima.
Konseling kelompok merupakan konseling yang dilakukan terhadap beberapa klien. Atau bisa dikatakan suatu pendekatan atau cara untuk menyelesaikan masalah yang ada didalam kelompok tersebut. Dalam konseling kelompok ini perlu ada tahapan – tahapannya, hal ini dilakukan agar konseling kelompok dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh klien. Berbagai macam pendekatan juga dibutuhkan dalam konseling kelompok ini. Selain tahapan dan pendekatan dalam konseling kelompok struktur konseling juga perlu digunakan agar konseling ini berjalan secara efektif.


KONSELING KELOMPOK

A.    Pengertian Konseling Kelompok
Konseling kelompok adalah konseling yang dilakukan dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar. Konseling kelompok ini, dalam prosesnya menggunakan prinsip – prinsip dinamika kelompok, yang didalam prosesnya ada hubungan antara konselor dengan beberapa klien. Konseling kelompok ini bermaksud untuk memberikan dorongan dan pemhaman kepada klien, untuk memecahkan masalah.[1]

B.     Konselor, Ko-Konselor dan Klien
1.      Konselor
Konselor adalah orang memimpin konseling kelompok dan bertugas sebagai pemimpin kelompok, yang meliputi pemeliharaan (providing), pemrosesan (processing), penyaluran (catalyzing) dan arahan (directing) (Capuzzi dan Gross, 1991).
2.      Ko-konselor
Ko-Konselor adalah orang yang membantu konselor menjalankan perannya sebagai pemimpin kelompok.
3.      Klien
Klien adalah anggota kelompok. anggota kelompok pada dasarnya sebagai agen penolong bagi anggota yang lain (Prawitasari, 1997).

C.    Tujuan Konseling Kelompok
Konseling kelompok berfokus pada usaha membantu klien dalam melakukan perubahan dengan menaruh perhatian pada perkembangan dan penyesuaian sehari – hari. Dan tujuan konseling kelompok pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan secara teoritis dan tujuan secara opersional. Tujuan teoritis berkaitan dengan tujuan yang secara umum dicapai melalui proses konseling, sedangkan tujuan operasional disesuaikan dengan harapan klien dan masalah yang dihadapi klien (Pietrofesa dkk., 1978). Sebagaimana tam[ak dalam karya Erle M. Ohlsen, Don C. Dinkmeyer dan James. Muro, serta Gerald Corey, dapat ditemukan sejumlah tujuan umum dari pelayanan bimbingan dalam bentuk konseling kelompok sebagai berikut:[2]
  1. Masing – masing konseli memahami dirinya dengan lebih baik dan menemukan dirinya sendiri.
  2. Para konseli mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu sama lain.
  3. Para konseli memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri.
  4. Para konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain.
  5. Masing – masing konseli menetapkan suatu sasaran yang ingin mereka capai, yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku yang lebih konstruktif.
  6. Para konseli lebih menyadari dan menghayati makna dalam kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama.
  7. Masing – masing konseli semakin menyadari bahwa hal – hal yang memprihatinkan bagi dirinya juga menimbulkan rasa prihatin dalam hati orang lain.
  8. Para konseli belajar berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok secara terbuka, dengan saling menghargai dan saling menaruh perhatian.

D.    Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok sebenarnya sangat banyak, diantaranya yaitu;
1.      Psikoterapi Kelompok
2.      Konseling Kelompok
3.      Kelompok Latihan dan Pengembangan
4.      Diskusi Kelompok Terfokus
5.      Self-help

E.     Struktur Konseling Kelompok
Konseling kelmpok mempunyai struktur yang sama dngan terapi kelompok pada umumnya. Struktur kelompok yang dimaksud menyangkut orang yang terlibat dalam kelompok, jumlah orang yang menjadi partisipan, banyak waktu yang diperlukan bagi suatu terapi kelompok, dan sifat kelompok (Corey, 1995; Gazda, 1989; Ohlsen, 1977; dan Yalon, 1975).

F.     Tahapan Konseling Kelompok[3]
Konseling kelompok dilaksanakan secara bertahap. Terdapat enam tahap dalam konseling kelompok, yaitu
1.      Tahap Pembentukan Kelompok (Prakonseling)
Tahap ini merupakan tahap persiapan pelaksanaan konseling kelompok. Tahap ini adalah thap penyeleksian anggota dan menawrkan program kepada calon [peserta konseling, sekaligus membangun harapan kepada calon peserta.
2.      Tahap Permulaan
Pada tahapan ini mulai menentukan struktur kelompok, mengeksplorasi harapan anggota, anggota mulai belajar fungsi kelompok, seklaigus mulai menegaskan tujuan kelompok. Seiap angota mulai mengenalkan dirinya dan menjelaskan tujuan atau harapannya. Pada tahap ini deskripsi tentang dirinya masih bersifat superficial, sedangkan persoalan yang lebih tersembunyi belum diungkapkan dapa fase ini.
3.      Tahap Transisi
Pada tahap ini diharapkan masalah yang dihadapi masing – masing klien dirumuskan dan diketahui apa sebab – sebabnya.angota kelompok mulai terbuka, tetapi sering terjadi pada fase ini justru terjadi kecemasan, konflik atau enggan membuka diri. Disini tugas pemimpin kelompok adalah mempersiapkan mereka bekerja untuk dapat memiliki kelompoknya.

4.      Tahap Kerja – Kohesi dan Produktivitas
jika masalah yang dihadapi oleh masing – masing anggota kelompok diketahui, langkah berikunya adalah menyusun rencana – encana tindakan. Penyusunan tindakan ini disebut juga produktivitas. Kegiatan konseling kelompok terjadi ditandai dengan membuka diri lebih besar, menghilangkan defensifnya, terjadi konfrontasi antar anggota kelompok, modeling, belajar prilaku baru, terjadi transferensi. Kohesivitas mulai terbentuk, mulai belajar bertanggung jawab, tidak lagi mengalami kebingungan. Anggota merasa berada dalam kelompok, mendengar yang lain dan terpuaskan dengan kegiatan kelompok.
5.      Tahap Akhir (Konsolidasi dan Terminasi)
Anggota kelompok mulai melakukan perubahan – perubahan tingkah laku dalam kelompok. Setiap anggota memberikan umpan balik terhadap yang dilakukan oleh anggota yang lain. Umpan balik ini akan sangat berguna untuk perbaikan dan dilanjutkan atau diterapkan dalm kehidupan klien jika dipandang telah memadai. Karena implementasi ini berarti melakukan pelatihan dan perubbahan dalam skala yang terbats.
Terjadi mentransfer pengalaman pada kelompok dalam kehidupan yang lebih luas. Jika ada klien yang memiliki masalah dan belum terselesaikan pada fase sebelumnya, pada fase ini harus diselesaikan. Jika semua peserta merasa puas dengan proses konseling kelompok, maka konseling kelompok dapat diakhiri.
6.      Tindak Lanjut dan Evaluasi (Paska konseling)
Setelah berselang beberapa waktu, konseling kelompok perlu dievluasi. Tindak lanjut dilakukan jika ternyata ada kendala – kendala dalam pelaksanaan dilapangan. Mungkin diperlukan upaya perbaikan terhadap rencana – rencana semula, atau perbaikan terhadap cara pelaksanaannya.



G.    Manfaat Dan Keterbatsan Konseling Kelompok[4]
Bagi siswa dan mahasiswa, konseling kelompok dapa bermanfaat sekali karena melalui interaksi dengan semua anggota kelompok mereka memenuhi beberapa kebutuhan psikologis. Selain adanya manfaat konseling kelompok tersebut. Keterbatasan juga dimiliki oleh konseling kelompok, diantaranya:
1.       Setiap klien perlu berpengalaman konseling individual, baru bersedia memasuki konseling kelompok.
2.       Konseling akan menghadapi masalah lebih kompleks pada konseling kelompok dan konselor secara spontan harus memberi perhatian kepada setiap klien.
3.       KKKelompok dapat berhenti karena masalah "proses kelompok".
4.       Kekurangan informasi individu.
5.       Seseorang sulit percaya kepada anggota kelompok.


PENUTUP

Konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling yang dilakukan dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar. Dengan konseling kelompok diharapkan klien dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan mengikuti proses konseling kelompok, klien akan mendapatkan manfaat mengikuti konseling kelompok, dan akan mencapai apa yang diharapkan oleh klien. Disinilah tugas seorang konselor untuk merespon dan memberi perhatian kepada setiap kliennya agar proses konseling kelompok ini berjalan sesuai dengan harapan.



DAFTAR PUSTAKA

Latipur, PSikologi Konseling, 2006. Malang, Universitas Muhammadiyah Malang
Winkel, W.S., BIMBINGAN DAN KONSELING DI INSTITUSI PENDIDIKAN, 1997. Jakarta, Grasindo


[1] Latipur, PSikologi Konseling, (MAlang : Universitas Muhammadiyah Malang, 2006), hal. 178 – 179.
[2] W.S.Winkel, BIMBINGAN DAN KONSELING DI INSTITUSI PENDIDIKAN, (Jakarta: Grasindo, 1997), hal. 544.

[3] Latipur, PSikologi Konseling, (Malang : Universitas Muhammadiyah Malang, 2006), hal. 188

[4] Latipur, PSikologi Konseling, (Malang : Universitas Muhammadiyah Malang, 2006), hal. 184

1 komentar:

  1. Lucky Club - Play Online at Lucky Club, UK Casino for Fun
    Lucky Club is one of the luckyclub.live best casinos around. in the Lucky Club casino with a simple bonus code. Use our code "YSKY600".

    BalasHapus